Makalah
Sistem Informasi Sumberdaya Perairan
PENGGUNAAN
SIG DALAM BIDANG PERIKANAN DAN KELAUTAN
Dosen
Pembimbing :
Rusdy
S.Pi M.si
OLEH:
FRETTY J M SIMBOLON
110302033
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah
yang berjudul “Penggunaan SIG dalam Bidang Perikanan dan kelautan” telah
selesai dikerjakan pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimah kasih kepada Rusdy selaku dosen
mata kuliah Budidaya Perairan yang telah
banyak mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
Penulis juga
mengucapkan terimah kasih kepada orang tua dan rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan dorongan dan masukan pada penulis. Penulis berharap semoga laporan
ini berguna dan bermanfaat dalam pengembangan umum, khususnya bidang perairan.
Sekian dan terimah kasih.
Medan,
Penulis
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah
dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada
kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika
arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air
yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang
dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan
dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh
indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan
albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu
18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3.
Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian
dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data
indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan
berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada
satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan.
Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak
informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya
antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim
penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi
tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak ikan.
Dunia
kelautan merupakan dunia yang sangat dinamis, disini hampir semunya bergerak
kecuali dasar lautan. Di wilayah yang merupakan bagian bumi terbesar ini,
terdapat banyak sumber daya alam yang bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi
untuk suatu daerah atau pemerintahan, contohnya adalah sumber daya ikan.
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas dan memiliki sumber daya
perikanan yang sangat besar juga. Dengan luas lautan sekitar 5,8 juta km2 dan
panjang pantai kurang lebih 81.000 km, maka potensi pendapatan ekonomi dari
bidang perikanan akan sangat besar sekali.
potensi
sumber daya perikanan di Indonesia adalah 6.1 juta ton per tahun dan baru
termanfaatkan sekitar 57%. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam eksploitasi
sumber daya ikan2 tersebut menyebabkan tidak optimumnya pemanfaatan sumber daya
ikan yang ada. Pemanfaatan suatu teknologi seperti Sistem Informasi Geografis
untuk perikanan di harapkan dapat mampu memberikan suatu gambaran dan suatu
tampilan spasial tentang sumber-sumber atau spot-spot perikanan di wilayah indonesia
yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor lingkungan yang mendukung tempat hidup
dan berkumpulnya berbagai jenis ikan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan hasil penangkapan ikan.
Setiap
jenis ikan mempunyai suatu kriteria-kriteria lingkungan tersendiri untuk
kenyaman hidupnya, namanya juga mahluk hidup. Kriteria-kriteria lingkungan
tersebut adalah seperti suhu, makanan (chlorophyl-a), salinitas, pertemuan masa
air (eddy), upwelling, dll. Contohnya untuk ikan albacore tuna di laut utara
pasifik, ikan ini suka hidup pada kisaran suhu 18.5 – 21.5 oC, dan tingkat
klorofil-a 0.3 mg/m3, sedangkan
ikan cakalang dan tuna kecil (litle tuna) lebih bahagia hidup pada daerah
dengan kisaran suhu 23 – 28 oC.
SIG
perikanan lebih sering bermain dengan bentuk data raster. Data2 SST, klorofil
dll tersebut merupakan suatu data dari citra satelit yang berbentuk raster.
Data raster mempunyai kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya
berinteraksi dengan data atribut. Data bentuk raster membutuhkan tempat
penyimpanan yang sangat besar sehingga boros hardisk, data raster juga
merupakan data angka per pixel sehingga tidak bisa di gabung dengan data tabel,
keadaan ini terjadi apabila data raster tersebut bersifat degradasi. Untuk bisa
menggabungkannya dengan data tabel harus di reklasifikasi terlebih dahulu,
sehingga membentuk ID2. Interkasi data atribut dengan data spasial sangat
berguna pada lokasi pendaratan ikan, dimana pelaporan secara berkala tentang
hasil penagkapan ikan akan memberikan informasi wilayah penghasil ikan terbesar
dan informasi tentang pemanfaatan potensi perikanan yang ada disekitar lokasi
pendaratan kapal.
Tujuan
Tujuan dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam bidang kelautan
dan perikanan :
- Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap
- jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar.
- Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan
- mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar
Manfaat
Salah
satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan
kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi
inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi
dan kelimpahan ikan dapat diperoleh
secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
ISI
Pengertian SIG
Sistem informasi
geografi merupakan suatu interaksi antara data-data atribut dan data spasial
yang bereferensi geografi. Keunggulan SIG ini dapat dijadikan masukan berharga
bagi para nelayan atau pengusaha perikanan untuk mengetahuai lokasi-lokasi
penangkapan ikan
SIG adalah
sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan
memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk
mengumpulkan, menyimpan dan menganalisa objek-objek dan fenomena dimana
lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk
dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki
empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi:
masukan, manajemen data (penyimpanan
dan pemanggilan data), analisis
dan manipulasi data, keluaran.
Pengembangan SIG untuk
kelautan mempunyai dua kendala umum, pertama bahwa dasar-dasar perkembangan SIG
adalah untuk keperluan analisis keruangan pada suatu lahan (land-based
sciences), kedua analisis SIG untuk laut lebih banyak menggunakan 3D, sedangkan
SIG sendiri masih kurang mampu mengaplikasikan 3D secara baik pada daerah2 yg
luas
Secara
prinsip tujuan umum pemrosesan data pada teknologi SIG yaitu mempresentasikan :
- Input
- Manipulasi
- Pengelolaan
- Query
- Analysis
- Visualisasi
Konsep
SIG
Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data
citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS.
Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu
sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang
berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai
keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user,
dapat dilihat pada gambar berikut:
Komponen
SIG
Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi
kedalam lima komponen utama yaitu :
- Perangkat keras (Hardware)
- Perangkat Lunak (Software)
- Pemakai (User)
- Data
- Metode
Untuk
mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis
data, yaitu:
- Data spasial, yaitu data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
- Data non-spasial, disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satu software SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.
Kesempatan
kali ini membahas Aplikasi SIG
di Bidang Kelautan dan Perikanan
Faktor-faktor yang mempengaruhi di lingkungan :
- suhu permukaan laut (SST),
- tingkat konsentrasi klorofil-a,
- perbedaan tinggi permukaan laut,
- arah dan kecepatan arus dan tingkat produktifitas primer.
Di bawah ini disajikan salah satu contoh aplikasi penggunaan
SIG dan inderaja pada penangkapan ikan tuna di laut utara Pasific. Disini
terlihat bahwa dua database (satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam
mengembangkan spasial analysis daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya
ada 4 layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST)
(NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi
permukaan air laut (SSHA) dan eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter
pertama (SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi
ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena
dapat menjelaskan tingkat produktifitas perairan yang berhubungan dengan
kelimpahan makanan ikan; sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan
kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan
parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan
arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna
(lingkaran putih pada peta yang ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada
peta lingkungan yang dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau
layer yang paling atas menunjukkan peta prediksi hasil tangkapan.
Informasi bahwa ikan tuna tertangkap dalam jumlah yang besar
(terkonsentrasi) pada posisi sekitar 35oLU dan 160oBT bersesuaian dengan
kondisi SST sekitar 20oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3
mg m-3. Konsentrasi ikan tersebut berada pada posisi positif anomaly permukaan
laut (warna merah) yang bertepatan dengan kondisi EKE yang relatif lebih
tinggi. Dari Gambar itu terlihat bahwa prediksi hasil tangkapan dengan peluang
yang tinggi (dikenal dengan istilah habitat hotspot) juga menkonfirmasi daerah
produktif tersebut. Setiap spesies ikan mempunyai karakteristik oseanografi
kesukaannya sendiri dan cenderung menempati daerah tertentu yang bisa
dipelajari. Hal ini dapat diketahui dengan pendekatan SIG dan inderaja
multi-layer tersebut.
Gambar 1. Aplikasi SIG dan inderaja dalam kegiatan
penangkapan ikan tuna pada bulan November 2000 (resolusi semua layer citra = 9
Km) (Zainuddin, 2006).
Contoh
lain aplikasi SIG di selatan pulau Hokkaido, Jepang dapat dilihat pada Gambar 2
berikut ini. Peta ini menunjukkan berbagai informasi spasial yang bisa kita
pahami tentang perikanan tangkap di sekitar pulau tersebut, khususnya perikanan
cumi-cumi. Disni peta SIG menggambarkan dimana posisi pelabuhan perikanan (fishing
port), jarak antara fishing ground (daerah penangkapan) dan
pelabuhan, distribusi hasil tangkapan, jumlah kapal yang tersedia. Dari
informasi ini dapat dilihat bahwa distribusi musiman daerah penangkapan, hasil
tangkapan dan jumlah kapal penangkap akan menghasilkan informasi tentang jalur
migrasi spesies cumi-cumi tersebut yaitu cenderung ke utara pada bulan Juni dan
kembali ke selatan pada bulan November.
Gambar
2. Peta distribusi daerah penangkapan cumi-cumi dan jumlah kapal dan hasil
tangkapannya di sekitar pulau Hokkaido, Jepang pada bulan Juni (kiri) dan
November (kanan) (Kiyofuji and Saitoh, 2004).
PENUTUP
Pengetahuan dasar yang dipakai dalam
melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor
lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator
oseanografi yang cocok untuk ikan tertentSIG perikanan lebih
sering bermain dengan bentuk data raster. Data2 SST, klorofil dll tersebut merupakan
suatu data dari citra satelit yang berbentuk raster.Data raster mempunyai
kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya berinteraksi dengan data
atribut.
Sumber data untuk keperluan SIG
dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial
ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software
tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa
informasi yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai
keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user,
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous, 2013. Aplikasi SIG pada Dunia Kelautan.
http://aplikasi.sig.html .[ 17 Maret 2013].
http://forum.upi.edu/index.php?topic=14435.0.
[17 maret 2013].
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/03/sig-memberi-manfaat-kepada-semua-pihak.html.
[17 Maret 2013].